Sabtu, 21 Desember 2013

etika penulisan dalam karya ilmiah

Menyusun karangan ilmiah merupakan suatu keharusan bagi setiap mahasiswa di perguruan tinggi. Oleh karena itu, mahasiswa mendapatkan tugas-tugas menulis, baik individu maupun kelompok.
Belajar menyusun karangan ilmiah memberikan mamfaat bagi penulisannya. Pertama, melatih menulis untuk menyusun hasil pemikiran dan penyelidikannya menurut tata cara penulisan yang lazim berlaku. Kedua, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk dapat mengikuti ide atau gagasan-gagasan yang dikemukakan melalui karangannya.
Untuk mengembangkan ide atau pemikirannya, penulis perlu mengumpulkan bahan-bahan, baik bahan yang diperpustakaan maupun berupa penyelidikan. Bahan-bahan pustaka dan penyelidikan merupakan sumber preimer bagi penulis karangan ilmiah. Dengan bahan-bahan itu penulis dapat menghimpun berbagai pemikiran dan penyelidikan dari para ahli yang dapat digunakan untuk menunjang tulisan. Jika penulis mengambil bahan-bahan pustaka untuk dijadikan sumber bagi pegembangan tulisannya, penulis harus jujur mengatakan bahwa tulisannya itu diambil dari sumber lain. Demikian ini merupakan etika penulisan ilmiah (teknis).
Penulis berkewajiban untuk mencamtumkan segala keterangan sumber yang dipergunakan, baik diolah menurut kata-kata penulis maupun yang dikutip langsung. Jika kewajiban-kewajiban tersebut tidak dijunjung tinggi maka penulis telah menyalahgunakan kebebasan akdemis dan ilmiah. Jika demikian, berarti penulis melakukan pemalsuan dan pencurian (plagiat). Penulis yang melakukan plagiat dapat dituntut sebagai pelanggaran hak cipta yang diatur di dalam undang-undang (Surakhmad, 1988:17).
Yang dimaksud dengan hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupaun penerima hak untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya atau memberi ijin untuk itu. Hak cipta tervdiri dari hak cipta substantif ialah hak cipta yang melekat pada pencipta dan ciptaannya bersifat pribadi dan akademik. Hak cipta material ialah hak khsus untuk mengumumkan, menyebarluaskan, atau memberi ijin untuk itu. Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang membuat atau menyusun karya tulis mempunyai hak cipta substantif dan hak cipta material. Hak cipta substantif tidak dapat diindahkan kepada siapapun dengan alasan apapun.
Ada beberapa pelanggaran hak cipta karya ilmiah.
1. Pelanggaran yang dapat dikatagorikan sebagai pelanggaran hak cipta meiputi:
a. Pengalihan hak cipta substantif,
b. Menyebarluaskan karya ilmiah atau karya tulis dengan ijin semua penulis karya tersebut, tetapi dengan sengaja tidak mencamtumkan semua nama penulis,
c. Pengutipan atau penyiaran kepada umum suatu karya tulis atau karya ilmiah dengan memuat atau mengambil sebagian dari karya tulis orang lain dan kutipan menjadi bagian yang dominan dari karya tersebut, serta
d. Pengutipan yang secara sengaja tidak mencamtumkan sumbernya secara lengkap sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang dijadikan pedoman oleh pengutip.
2. Berdasarkan jenis pelanggaran seperti tersebut di atas serta frekuensi (banyaknya) kasus pelanggaran yang dapat dibuktikan, dapat ditetapkan tingkat pelanggaran sebagai berikut:
a. Pelanggaran ringan,
b. Pelanggaran sedang, atau
c. Pelanggaran berat (Depdikbud, 1996:142)
Dengan memperhatikan beberapa ketentuan etika penulisan teknis dan hak cipta, penulis harus mempunyai integritas kepribadian ilmuwan. Salah-satu bentuk integritas keilmuaannya adalah dengan berkata jujur bahwa apa yang ditulisnya bukan pendapat pribadi, malainkan hasil rujukan dari bahan lain. Kejujuran dalam merajuk diatur berdasarkan kaidah uraian seperti pada uraian berikut:
Etika Merajuk
Pengertian rujukan dalam pengertian teknis ini sama dengan kutipan. Merajuk atau mengutip adalah mengambil pendapat penulis lain, baik diambil sebagian maupun diambil seluruhnya atau baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat ketentuan enam merajuk yaitu (1) perajukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir, tahun dan halaman, (2) jika ada dua nama pengarang, perajukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua pengarang tersebut, dan (3) jika pengarangnya lebih dari dua orang, perajukan dilakukan dengan cara menulis nama pertama tersebut selanjutnya diikuti dengan cara dkk. (4) jika nama pengarang tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga penerbit, nama dokuemen yang diterbitkan, atau nama koran. (5) karya ilmiah terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. (6) rujukan dari dua sumber atau lebih yang ditulis pengarang yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya.
Cara Merajuk Kutipan Langsung
1) Kutipan kurang dari 40 kata
Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda kutip (”.......”) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun, dan nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung. Perhatikan contoh berikut ini.
Prawoto (1988:187) menyatakan ”pengimformasian tujuan belajar daapt meningkatkan hasil belajar siswa dalam hasil belajar kelas jauh dengan menggunakan modul”.
Nama pengarang disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman
Contoh:
Kesimpulan dari penelitian itu ”modul untuk media belajar kelas jauh perlu dilengkapi dengan rumusan tujua belajar (Prawoto, 1988:190)”.
Jika terdapat tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (’......’)
Contoh:
Hasil penelitian tersebut ”adalah ada korelasi yang signifikan antara kondisi yang individual ’personality’ pembelajaran dengan kemampuan berbahasa” (Dulay, 1986:23).
2) Kutipan langsung lebih dari 40 kata
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih tanpa adanya tanda kutip secara terpisah dari teks yang mendahului ditulis dengan menyebutkan nama pengarang diikuti dengan tahun dan halaman dalam kurung. Kutipan ditulis dengan indentasi 5 (lima) ketukan dan diketik dengan spasi tunggal.
Contoh:
Alwasilah (1985:87) mengkondisikan kodifibilitas berikut ini:
Condifibility decribes the lexical defferences between lenguages, while ini general it si posible to say anyting in one laguage that can be said in any other, the ease wich certain things can be said reflects a difference in codifiabilit. Thus if we can reverto something by one term in English but reguire five in Hopi, we say that thing is more easily codified in English.
Apabila dalam terdapat paragraf barul lagi, baris baru itu dimulai dengan ketukan lagi dari tepi teks kutipan.
Kutipan yang sebagian dihilangkan
Dalam mengutif langsung terdapat kata-kata dalam kalimat yang dihilangkan, kata-kata yang dihilingkan pad bagian awal dan tengah kitipan diganti dengan titik tiga (...), dan jika dihilangkan pada bagian akhir diganti dengan titik empat (....).
Contoh:
1) “Communication is a process by wich information is exchanged between individuals through a common system of symbol,..., or bihavior”. (Alwasilah; 1986:9).
2) Alwasilah (1986:9) menjelaskan bahwa “Communication is a process by wich information is exchanged between individuals through a common system of symbo....l”
Cara merujuk kutipan tidak langsung
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan dengan bahasa penulis, ditulis dengan menyebut nama pengarang disertai kurung, tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks.
Contoh:
1) Arikunto (1986:90) menyebutkan bahwa alat tes harus memenuhi syarat antara lain: valid reabel, objektif, dam ekonomis.
2) Alat tes yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu valid, reabel, objektif, praktis, dan ekomomis (Arikunto, 1986:90).
Cara merujuk kutipan yang telah dikutip
Kutipan yang dirujuk dari kutipan dapat dilakukan dalam keadaan darurat, yaitu benar-benar tidak didapatkan sumber aslinya. Pada prinsipnya penulisan kutipan yang telah dikutip sama dengan penulisan kutipan asli. Perbedaannya terletak pada penulisan rujukan.
Contoh
Wabhankamnas (dalam Sudomo, 1993) menyebutkan bahwa ditinjau dari segi pembangunan nasional dan pengaruh lingkungan strategis, peluang yang dimiliki berupa wadah trigatra, yaitu giografi, sumber kekayaan alam dan demografi.
Penulisan Daftar Rujukan
Daftar rujukan berupa daftar yang berisi buku, artikel, atau bahan-bahan lainnya yang benar-benar dirujuk arau dikutip, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca akan tetapi tidak dikutip seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar rujukan, sedangkan semua bahan yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Pada dasarnya, unsur yang ditulis dalam daftar rujukan meliputi secarabertrut-turut: (1) nama pengarang ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah tanpa mencantumkan gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk sub judul, (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit. Penyusunan daftar rujukan disusun berdasarkan urutan abjad (alfabetis) nama pengarang. Daftar rujukan diketik dengan spasi tunggaldalam satu judul, sedangkan pergantian antar judul diketik dua spasi. Barsi kedua dan seterusnya dalam satu juduk diketik masuk dengan indentasi lima ketu. Cara penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Unsur-unsur daftar rujukan dapet bervariasi tergantung pada jenis sumber pustakannya.
1) Sumber dari buku
Tahun penerbitan dituilis setelah nama pengarang, diakhiri dengan titik. Judul buku digarisbawahi atau ditulis dengan huruf miring, dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh:
Garry, R. dan Kingsey, Howard L. 1970. The Nature and Condtion of Learning. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.
Busri, Hasan. 2003. Analisis Wacana Teori dan Penerapannya. Malang: FKIP Universitas Islam Malang.
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber dan ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penrbitan diikuti dengan lambang a, b, c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdasarkan urutan abjad judul buku-bukunya.
Contoh:
Hadi, Sutrisno. 1982a. Mitodelogi Research. Jilid 1, 2, dan 3. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan FE UGM.
Hadi, Sutrisno. 1982b. Pengantar Statistik. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
2) Sumber dari buku yang berisi kumpulan artikel (ada editornya)
Seperti menulis sumber dari buku ditambah dengan tulisan (Ed.) jika ada satu editor dan (Eds.) jika editonya lebih dari satu orang, diantara nama pengarang dan tahun penerbitan.
Contoh:
Letheridge, S. dan Cannon, C.R. (Eds.).t.t. Billingual Education Teaching as a second language. New York: Prager.
Miarso, Yusufhadi. (Ed.).1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Pusteskom Dikbud dan Rajawali.
3) Sumber dari artikel dalam buku kumpulan artikel (ada editornya)
Nama pengarang artikel ditulis di depan mengikuti dengan tahun penrbitan. Judul artikel ditulis tanpa garis bawah atau cetak miring. Nama editor ditulis seperti nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu editor dan (Eds.) bila lebih darisatu editor. Judul buku kumpulannya digarisbawahi atau ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan dengan kurung. Judul artikel ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama kata pertama judul ditulis dengan huruf besar atau kecil.
Contoh:
Hartley, J.T., Harker, J.O. dan Walsh, D.A. 1980.Contemporary Issues and New Direction in Adult Development of Learning and Memory. Dalam Poon, L.W. (Ed.), Aging in Psycological Issues (halaman 239-252). Washington, D.C.: American psychological Assosiations.
4) Sumber dari artikel yang dimuat di surat kabar atau majalah
Nama pengarang ditulis paling depan, diikuti oleh tahun, nomor (jika ada). Judul artikel bisa ditulis tanpa garis bawah, dan ditulis dengan huruf kecil semua, kecuali pada huruf awal pertama. Nama majalah ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama pada setiap setiap kata, diberi gars bawah. Nomor halaman tersebut pad bagian akhir.
Contoh:
Nurhidayat, Imam. 1993, 5 Mei. Kemiskinan dan Permasalahnnya. Republika, halaman 4.
Busri, Hasan. 1998. 22 Oktober. “Bahasa Indonesia Kehilangan Kepercayaan”. Surabaya Post, halaman 4.
5) Sumber dari Surat Kabar atau Majalah tanpa Penulisnya
Menuliskan sumber acuan yang diperoleh dari surat kabar atau majalah yang tidak ada nama pengarangnya, nama surat kabar atau majalah ditulis di bagian awal. Tahun dan tanggal ditulis setelah nama surat kabar atau majalah. Kemudian diikuti judul artikel yang dicetak miring atau dicetak tebal dan diikuti dengan menuliskan nomor halaman di mana artikel itu dimuat. Berikut ini cara penulisan yang dimaksudkan.
Jawa Pos. 2001, 22 April. Masalah Sosial Cenderung Meningkat. halaman 12.
Kompas. 2001. 27 Desember. Peningkatan Arus Mudik Lebaran. halaman 7.
6) Sumber dari dokumen
Judul atau nama dokumen ditulis pada bagian awal dengan garis bawah atau huruf miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama penerbit.
Contoh:
Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993: Yogyakarta: Penerbit Gajahmada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1982 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Diperbanyak oleh PT Armas Duta Jaya.
7) Sumber dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga
Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti dengan tahun, judul karangan, nama tempat penerbitan, dan mana lembaga tertinggi yang bertanggung jawab atas penerbitan tersebut.
Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978.Pedoman Laporan Penelitian. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
8) Sumber dari karya terjemahan
Sumber acuan dari karya terjemahan, nama pengarang asli ditulis terlebih dahulu,kemudian diikuti tahun terbit dan judul buku (ditulis dengan cetak tebal atau huruf miring). Setelah itu baru nama penerjemah dikikuti tahun, kota, dan nama penerbit. Berikut ini disajikan contoh cara menuliskan sumber acuan yang diambil dari karya terjemahan. Contoh:
Ary, Donald; Jacobs, L.C. dan Razavieh, A. Tanpa Tahun.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 2004. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
9) Sumber yang berasal dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Sumber acuan yang didapatkan dari sumber skripsi, tesis, atau disertasi cara penulisannya dalam daftar acuan adalah dengan menuliskan nama pengarang yang diikuti tahun penyusunan yang terdapat pada halaman sampulnya, judul skripsi, tesis, atau disertasi yang dikutip (dicetak miring atau cetak tebal), kemudian diikuti pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, lalu diakhiri dengan nama fakultas dan lembaga perguruan tinggi. Contoh:
Busri, Hasan. 2003. Pengembangan Materi Pembelajaran Keterampilan Menyimak Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana IKIP Malang
10) Sumber dari makalah yang disajikan dalam Seminar atauLokakarya
Sumber acuan dari makalah yang disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya, cara penulisannya adalah dengan menuliskan nama penulis terlebih dahulu, lalu tahun penyajian makalah, judul makalah (dicetak miring atau dicetak tebal), kemudian diikuti pernyataan Makalah disajikan dalam ....., nama pertemuan, lembaga penyelenggara pertemuan, tempat petemuan diadakan, dan terakhir tanggal pertemuan.
Contoh:

Busri, Hasan . 1993. Problematik Pengajaran Bahasa Daerah Makalah disajikan dalam Seminar Pelestarian Bahasa dan Budaya Madura yang diadakan oleh Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Manusia di Gedung PUSPENMAS Pamekasan, 12 Oktober 1993.